![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEia6sJtgPrLoUCmtT7flNu_YdgjjOLslAz1aIdcH6ImvDFp0KPyxWCm9rhXeh_1G9L1-q06JJ7cTXP82Wcec9lok1HgOSNZtwwgoYo5x3w4rbJaCDPScAW83HLi0V1xgmpImeM6liPEb-I/s320/Model.jpg)
Unit penangkapan ikan yang berskala
kecil ini ternyata dapat menampung 87%, nelayan di seluruh wilayah Indonesia.
Untuk meningkatkan produksi perikanan Indonesia, khususnya perikanan laut,
salah satu cara adalah dengan mengembangkan penangkapan ikan berskala kecil ini
(Basuki dan Nikijuluw, 1988).
Disamping kelebihan yang dimiliki,
penggunaan arad ternyata memiliki suatu dilematis. Dalam peranannya sebagai
sumber pendapatan nelayan berskala kecil, dalam perkembangannya jaring arad
cenderung termasuk pada alat tangkap yang dilarang penggunaannya karena bentuk
dan cara kerjanya yang menyerupai trawl sehingga dapat disebut otter trawl
dikarenakan cara kerjanya dan konstruksinya. Untuk mengatasi hal tersebut,
diperlukan suatu modifikasi alat tangkap pada efisiensi, peningkatan produksi
dan kelestarian sumberdaya, dengan memberikan batas-batas ukuran dan konstruksi
teknis untuk menghindari perkembangan alat ke arah kategori yang dilarang
(Dinas Perikanan Jawa Tengah, 1988).
Kondisi krisis ekonomi yang dialami
Indonesia sejak tahun 1997 sangat berdampak terhadap para nelayan khususnya
bagi nelayan penangkap ikan sebagai produsen dan para pengolah ikan. Kondisi
ini semakin memperparah keadaan yang pada saat sebelumnya para nelayan
(penangkap dan pengolah) dan institusi terkait termasuk perguruan tinggi masih
sedang berbenah diri untuk selalu berpikir dan bertindak untuk memperbaiki
keadaan usaha dan kesejahteraannya.
Perguruan tinggi sebagai bagian dan
sistem pendidikan nasional sangat bertanggung jawab terhadap mutu sumberdaya
manusia tersebut, khususnya pada tingkat keterampilan, pengembangan
usaha/bisnis, kepedulian terhadap kesehatan lingkungan dan kelestarian
sumberdaya, serta pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Sejak dikeluarkannya Keputusan Presiden
(Keppres) No. 39 Tahun 1980 tentang larangan dioperasikannya jaring Pukat
Harimau (Trawl Net) khususnya di perairan Indonesia bagian Barat, maka banyak
para pengusaha dan nelayan penangkap memodifikasi alat tangkap tersebut.
Modifikasi-modifikasi yang telah dilakukan ternyata belum dapat selaras dengan
salah satu tujuan dan maksud dihapuskannya jaring Trawl yakni menjaga
kelestarian sumberdaya ikan dasar (demersal fish), bahkan perkembangan
modifikasi alat tersebut selalu meningkat sepanjang tahun khususnya di perairan
pantai utara Jawa Tengah (Asriyinto, Pramonowibowo dan Herry Boesono, 2001).
Sanitasi dan higiene dalam proses
pengolahan ikan masih perlu ditingkatkan sampai memenuhi standar baku yang
direkomendasikan baik untuk keperluan keserasian dengan lingkungan ataupun
kesehatan bagi para konsumen dan untuk tujuan ekspor (Clucas and Ward, 1996).
Dalam hal mengatasi perkembangan jenis pukat yang tidak ramah lingkungan dicoba
atasi dengan pengenalan pukat modifikasi yang didasarkan dari hasil penelitian
sebelumnya yang telah diuji efisiensi dan efektifitasnya serta tetap menjaga
kelestarian sumberdaya ikannya. Dari hasil tangkapan jaring ini akan didapatkan
kualitas ikan hasil tangkapan yang lebih baik dibandingkan dengan yang tidak
menerapkan modifikasi, sebab ikan yang tertangkap dalam ukuran besar tertentu
akan terpisah dengan ikan yang berukuran kecil. Dari awal produksi yang
terkontrol ini akan secara berantai membawa dampak terhadap proses berikutnya
sampai kepada nilai jual dan pemenuhan gizi konsumen secara lebih baik bagi
nelayan/pengusaha penangkap maupun pengolah ikan (Asriyanto, Pramonowibowo dan
Herry Boesono, 2001).
Tujuan
Perekayasaan Model
Meningkatkan usaha dan
kesejahteraan nelayan penangkap dan pengolah ikan akan berdampak secara
simultan untuk cenderung tidak merusak lingkungan dan sumberdaya yang menjadi
mata pencahariannya.
Keunggulan
Teknologi
Sejak diberlakukannya Keppres No.39
tanggal 1 Juli 1980 tentang dilarangnya pengoperasian trawl atau pukat udang di
Indonesia, alat tangkap trawl tidak dipakai lagi dalam penangkapan udang. Hal
ini disebabkan karena penangkapannya yang tidak efektif, dimana lebih banyak
diperoleh hasil sampingan yang mencapai 19 kali lebih besar dibandingkan hasil
udangnya sendiri. Salah satu bentuk inovasi yang diterapkan adalah penggunaan
kombinasi alat yang dipasang pada jaring dan penggunaan bentuk mata jaring
bujursangkar (square mesh) pada bagian kantong jaring (cod end).
Flapper merupakan bagian jaring
yang biasanya dipasang pada alat tangkap Hopp net danFyke net, yang
termasuk alat tangkap perangkap (traps). Penambahan flapper pada alat tangkap
arad terinspirasikan dari sistem non return device yang biasa
terdapat pada Perangkap (traps). Untuk mencegah lolosnya ikan hasil tangkapan,
traps dilengkapi dengan beberapa alat tambahan. Salah satunya adalah dengan
jalan masuk (bukaan) yang bentuknya menyerupai funnel, yang dapat mengarahkan
hasil tangkapan untuk menjauhi jalan keluar. Biasanya terdapat pada traps
berukuran kecil dan terbuat dari kayu atau anyaman. Untuk menyulitkan lolosnya
hasil tangkapan, melalui funnel ditambahkan flappler pada jalan masuk (bukaan)
yang akan dilalui hasil tangkapan, yang akan mengayun ke arah bagian dalam dan
alat tangkap, sehingga ikan yang telah masuk ke dalam jaring tidak dapat keluar
lagi (Asniyanto, Pramonowibowo dan Herry Boesono, 2001).
Selektor merupakan anyaman benang
jaring berbentuk bujursangkar (square mesh) yang ditautkan pada sebuah rangka (frame)
yang dibuat dan batang rotan berbentuk lingkaran. Alat in biasa digunakan
sebagai TED (Turtle Excluder Device) bentuk Georgia TED pada jaring pukat, khususnya
pada Pukat Harimau (trawl) di negara-negara yang sudah menerapkan peraturan
penggunaan TED. TED (Turtle Excluder Device) pada awalnya bertujuan untuk
mengeluarkan hasil tangkapan kura-kura (turtle) dan hasil tangkapan ikan, guna
melindungi kelestarian spesies ikan (Salim et. al, 1995) Di Indonesia TED mulai
diperkenalkan pada tahun 1982 dengan nama BED (Bycatch Excluder Device) dan
melalui berbagai percobaan di Selat Malaka, BED mampu mengurangi tangkapan yang
tidak diinginkan (by catch) sampai 30% dan meningkatkan hasil tangkapan udang
sampai 7% (Salim et.al, 1995).
Modifikasi dengan penambahan
selektor berbentuk lingkaran berupa penambahan atau penempatan bingkai jeruji
pada bagian badan (body) dan berfungsi untuk menyeleksi hasil tangkapan berdasarkan
ukuran. Ikan-ikan berukuran besar akan tertahan di selektor, sementara yang
berukuran kecil akan masuk ke bagian kantong, sehingga hasil tangkapan tidak
bercampur di bagian kantong jaring sehingga akan lebih memudahkan dalam
penyortiran/pemilahan hasil tangkapan.
BED digunakan di Indonesia setelah
timbulnya larangan penggunaan trawl dengan tujuan utama untuk mengurangi hasil
tangkapan sampingan terutama yang berupa biota dasar (Subani dan Barus, 1989).
Letak perbedaannya adalah pada TED
terdapat pintu atau jendela yang dapat digunakan untuk mengambil hasil
tangkapannya, yang mana tidak terdapat pada modifikasi arad ini. Dengan
terseleksinya hasil tangkapan, diharapkan kondisi hasil tangkapan yang
diperoleh akan lebih baik.
Penggunaan mata jaring berbentuk
bujursangkar (square mesh) pada bagian kantong jaring memiliki keunggulan
dibandingkan dengan mata jaring biasa yang umumnya berbentuk diamond, yaitu
akan selalu dalam keadaan terbuka pada saat operasi penarikan jaring menyusuri
dasar perairan. Dengan kondisi yang demikian, penarikan jaring akan lebih
ringan sehingga menghemat bahan bakar dan tenaga kerja. Disamping itu, untuk
pelestarian sumberdaya ikan, dengan memberi kesempatan pada ikan-ikan berukuran
kecil untuk dapat meloloskan diri.
Salah satu bentuk modifikasi yang
telah sukses diterapkan adalah penggunaan mata jaring bujursangkar (square mesh)
pada bagian kantong (cod ends). Cara kerjanya dengan memanfaatkan perbedaan
tingkah laku udang dan ikan. Tidak seperti udang, ikan akan menjaga jarak
dengan jaring yang sedang bergerak dalam pengoperasian, sampai lelah dan
terbawa ke arah kantong (condends). Di dalam jaring, ikan-ikan akan berusaha
meloloskan diri melalui bagian atas dan sisi dalam dari kantong jaring.
Sebaliknya, udang memiliki reaksi
yang lebih terbatas terhadap trawl. Aliran air akan memaksa udang untuk
menghadang jaring dan terbawa ke bagian dasar jaring hingga ke bagian kantong (cod
ends) (http//:www.fisheries.nsw.gov.au).
Sumber: http://perpustakaandinaskelautandanperikanan.blogspot.com/2011/05/model-kombinasi-flapper-selektor-dan.html
Sumber: http://perpustakaandinaskelautandanperikanan.blogspot.com/2011/05/model-kombinasi-flapper-selektor-dan.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar